Merdeka.com - Realisasi
Penanaman Modal Asing (PMA) yang melambat tahun ini berpengaruh
terhadap pasar properti perkantoran. Pengembang akhirnya memilih
membangun rumah tinggal.
Kepala Tim Perencana Proyek PT The Capitol Lilly Tjahnadi menyatakan,
pasar perkantoran sangat dipengaruhi oleh aliran modal asing. Sebab,
kebanyakan penyewa gedung kantor adalah perusahaan multinasional.
"Sekarang kan pasar office masih agak turun, mereka cenderung ke high
rise, sehingga tergantung PMA," ujarnya di Jakarta, Sabtu (16/11).
Sebelumnya, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan
realisasi PMA triwulan II pada 2013 mencapai Rp 132,2 Triliun. Meski
tumbuh tumbuh 21,3 persen dibanding tahun lalu, namun realisasi aliran
modal asing ini lebih rendah dari target pemerintah yang mengharapkan
PMA di akhir tahun bisa mencapai Rp 272,6 Triliun.
Mayoritas modal yang dicatat BKPM pada semester I lebih banyak didorong
oleh realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang mencapai 51,5
persen atau sebesar Rp 60,6 triliun.
Bagi pengembang properti, pemodal dalam negeri punya ciri khas sendiri
dalam membeli kantor. "Kalau dalam negeri mereka lebih ke office pribadi
yang kecil, tiga atau lima lantai," kata Lily.
Atas dasar itu pula, The Capitol mengarahkan bisnis ke depan masih pada
hunian, baik itu rumah tapak, apartemen, maupun penthouse.
Perseroan, menurut Lily, berencana membidik pasar selain Jakarta,
tepatnya di Bandung dan Manado. Tahun depan, proyek itu siap dijual ke
publik.
"Di dua kota itu kebanyakan komplek perumahan atau landed. Semua produk
properti kita ingin meramaikan, tapi untuk office belum," tuturnya.